Pages

Cara Bodoh Membaca Torque Display


Berawal dari beralihnya gadget harian dari sebelumnya bersikekeuh menggunakan blackberry lawas selama bertahun-tahun dan kemudian berganti menjadi android... tiba-tiba seperti menjadi anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru dengan segala teknologi yang menjadi satu paket dalam sistem android.... orgasmee.. ketika membuka google play dan disana bergelimang berbagai aplikasi yang beraneka ragam..

Hahaha.. jadi selama ini bener-bener hidup dalam gelap dan tertinggal jauh dari kemajuan teknologi.. 

Dulu.. harus cari jamu kuat sana sini untuk bisa menginstal aplikasi obd scanner dalam blackberry... dan gagal terus.. sekarang.. ketika ada android di tangan.. mau aplikasi apa aja tinggal mencet donlot trus install sambil merem... duh ya ampun..sampai bingung mengungkapkannya... :-D

Lanjut ah.. sekarang aplikasi torque sudah terinstall.. masalah selanjutnya adalah.. ini aplikasi kok malah bikin pusing.. display monitor yang begitu banyak seperti berada dalam kockpit pesawat... cara bacanya bagaimanaaa...???? 

Jangan menyerah dulu ah.. sementara pending dulu tulisan ini.. sambil dipelajari dikit-dikit cara baca informasi pada aplikasi Torque. 
Walaupun nantinya bakalan muncul tinju gaya bebas.. alias cara baca informasi yang sebisanya aja... asal tafsir.. bodoh amatlah.. harap maklum.. heheh...

-bersambung-
-------------------------------------
Lanjut ah..
Mari kita lihat satu persatu beberapa informasi dasar dari pembacaan realtime pada aplikasi Torque.

1. Revs
Revs disini pengertiannya adalah revolutions yang nilainya ditunjukkan dengan satuan RPM (Revolutions Per Minute). Sepertinya sudah pada tahu, karena tanpa menggunakan aplikasi Torque pun kondisi putaran mesin ini dapat langsung terbaca langsung pada dasboard mobil.

Pada kondisi normal, pada umumnya putaran mesin idle (langsam) ada di level 750 plus minus 50 (tiap mobil pastinya berbeda-beda), atau langsung dilihat pada indikator pada dasboard mobil.. disana ada garis strip kecil yang menunjukkan posisi idle. Untuk carens sepertinya ada di level kisaran 750.

Level tersebut adalah nilai optimal rpm, maksudnya adalah apabila level tersebut terlalu tinggi maka akan membuat bahan bakar menjadi terbuang percuma. Sedangkan apabila terlalu rendah juga dikawatirkan berdampak pada hal lain, misalnya berkurangnya tekanan oli dari pompa oli sehingga bisa menyebabkan jeroan mesin tidak terlumasi dengan baik.

Pada saat pertama kali kendaraan dihidupkan saat pagi hari, level rpm cenderung naik dan kemudian akan turun di level idle setelah suhu mesin optimal tercapai. Level rpm tinggi di pagi hari adalah wajar, hal tersebut disebabkan kondisi mesin yang masih dingin sehingga untuk mempercepat pencapaian suhu optimal ECU akan memerintahkan kondisi rpm tinggi melalui penambahan bahan bakar melalui injektor dan suplai udara melalui ISC. Kemudian setelah suhu optimal tercapai maka rpm berangsur-angsur akan turun ke posisi idle.
 
 2. MAF

Level MAF (Mass Air Flow) menunjukkan seberapa banyak jumlah kepadatan udara (mass) yang akan masuk menuju intake manifold. Informasi jumlah udara ini dibutuhkan oleh ECU untuk mengatur rasio jumlah bahan bakar dan udara sehingga tercapai rasio optimal disesuaikan dengan kebutuhan kendaraan.

Pada umumnya nilai normal MAF carens ketika terbaca pada alat diagnostik scanner berada pada kisaran 2,5 - 3,00. Apabila kurang dari itu berakibat campuran bahan bakar menjadi miskin...dan seandainya lebih dari itu maka campuran bahan bakar menjadi kaya (boros).

Level nilai MAF ini salah satu parameter yang bikin "judrek" pemilik kendaraan yang terkadang nilainya rendah banget dan atau justru tinggi sekali. 
Pengalaman beberapa carenser yang memiliki kasus nilai MAF terlalu tinggi adalah betapa borosnya konsumsi bahan bakar. Sebaliknya dengan yang pernah saya alami justru nilai MAF cukup rendah (3,25), dampak yang cukup terasa adalah mesin yang ngempos keterlaluan.. ketika menginjak gas sepertinya cuman isi angin aja.. zonk...

Barangkali salah satu penyebab dari nilai MAF yang menipu ECU ini adalah disebabkan karena kondisi sensor MAF yang kotor. Adanya debu, oli, dan kotoran lain yang menempel pada sensor tentu saja berakibat MAF memberikan laporan yang salah pada ECU. Ada kotoran yang membuat nilai MAF menjadi lebih tinggi ada pula kotoran yang justru membuat nilai MAF menjadi lebih rendah dari kenyataan sebenarnya. Bersihkan sensor MAF dengan chemichal spray khusus untuk MAF (jangan yang lain).

 3. Volts


Display Volts menunjukkan tegangan listrik yang diukur dari tegangan listrik yang terbaca oleh ECU bukan dari aki secara langsung. Berhubung semua sensor membutuhkan suplai kelistrikan yang tercukupi, maka kesehatan tegangan listrik ini harus selalu dijaga.

Pada kondisi aki normal, paling tidak memiliki tegangan minimal 12,5 v yang dibutuhkan untuk menghidupkan (starter) mobil. Ketika mesin sudah hidup, tegangan berkisar antara 13,5 - 14,5 v.. artinya alternator dalam kondisi sehat dengan suplai asupan listrik sesuai kebutuhan pengisian aki.. apabila tegangan kurang dari 13,5 v sepertinya harus cek kelayakan alternator.... nah klo cek tegangan aki malah justru naik lebih dari 14,5 v sepertinya juga harus cek kelayakan alternator juga...jangan-jangan alternator over charge yang ujung-ujungnya dapat memperpendek umur aki karena disuplai arus berlebihan secara kontinyu.

4. Throttle

Display Throttle ini membaca seberapa besar bukaan katup pada throttle body (sensor TPS). Pada kondisi idle, katup pada posisi tertutup penuh (posisi 0 %). Ketika pedal gas diinjak, maka posisi katup akan terbuka sekian derajat tergantung seberapa dalam menginjak gas.

Yang perlu dilihat mungkin gerakan naik turunnya level nilai throttle. Katup throttle secara fisik digerakkan oleh katup yg terikat dengan ulir per besi kuat yang akan membuka dan menutup sesuai posisi pedal gas. Pedal gas sudah dilepas seharusnya level lsg pada posisi 0 derajat, apabila tidak 0 derajat atau mungkin turun lambat padahal pedal gas sudah dilepas penuh.. kemungkinan ada masalah pada sensor TPS.. bisa jadi hanya masalah suplai tegangan yang terganggu.. cek grounding TPS.

5. Intake

Yang dimaksud Intake adalah Intake Air Temperatur (IAT) yaitu temperatur udara yang masuk ke dalam intake manifold. Nilai temperatur ini sepertinya diukur berbarengan jadi satu melalui sensor MAF.

Display intake ini menunjukkan panas dinginnya temperatur udara di dalam intake chamber, dimana perlu diketahui bahwa udara dingin cenderung lebih padat dibandingkan udara panas. Melalui informasi temperatur yang disampaikan kepada ECU ini, maka ECU akan merespon melalui perintah kepada injektor. Semakin dingin temperaturnya, maka perintah denyut injektor akan semakin cepat dalam mensuplai bahan bakar. Dan sebaliknya, semakin panas temperatur maka injektor semakin lemah dalam mensuplai bahan bakar.

Mekanisme otomatis seperti itulah yang menyebabkan kendaraan dengan sistem injeksi tidak memerlukan "chooke" seperti pada kendaraan sistem karburator. Pada segala kondisi cuaca panas maupun dingin, besar kecilnya semprotan injektor akan otomatis pula menyesuaikan temperatur yang ada.

Kesalahan sensor dalam membaca temperatur udara intake tentu saja akan menghasilkan respon ECU yang salah. Bisa jadi injektor akan terlalu sedikit mensuplai bahan bakar serta pengapian yang tidak semestinya sehingga mesin menjadi ngelitik. Ataupun sebaliknya, injektor terlalu banyak mensuplai bahan bakar yang mengakibatkan konsumsi menjadi boros dan tidak optimal.

6. Coolant

Yang dimaksud Coolant adalah Engine Coolant Temperatur yaitu temperatur pada sistem pendingin mesin. Kondisi temperatur mesin ini dibaca oleh coolant sensor (thermostat) dan kemudian diinformasikan kepada ECU.

Berdasarkan informasi temperatur coolant ini, ECU akan melakukan berbagai macam skenario terhadap aktuator-aktuator yang ada, baik itu injektor, koil, ISC, fan, dsb. Bisa jadi sensor coolant ini menjadi sensor yang paling penting dalam kinerja mesin.

7. Timing Adv dan Vacuum



Kedua indikator ini (Timing adv dan Vacuum) masih terlalu sukar untuk dijelaskan dengan bahasa sederhana.

Timing advance pada dasarnya adalah informasi pengapian, dimana besarnya pengapian ini berkaitan erat dengan level rpm, kecepatan, maf, vacuum, dsb. Pengapian akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kecepatan, tetapi pada rpm dan kecepatan tinggi tertentu besarnya pengapian akan mencapai puncaknya dan tidak akan bertambah lagi. Logikanya ketika pada kecepatan tinggi tertentu kebutuhan pengapian tidak sebesar pada saat akselerasi awal. Rumit memang.. sampai bingung nulisnya.

Vacuum adalah informasi tingkat kehampaan udara yang berbanding terbalik dengan imformasi tekanan udara di dalam intake manifold. Pada saat idle, level vacuum pada kondisi normal. Kemudian pada saat pedal gas ditekan, throttle valve akan terbuka dan nilai vacuum akan meningkat. Selama mobil belum jalan, maka waktu pengapian tetap akan diam. Saat akselerasi dimana throttle valve terbuka dengan cepat.. rpm meningkat dan ada gerakan kecepatan mobil.. disitu timing pengapian akan meningkat. Timing pengapian meningkat setelah 1000 rpm dan mencapai puncak sekitar 3500 rpm. Masih rumit memang.. abaikan sajalah..

-----------------

Kurang lebihnya demikian cara bodoh membaca informasi pada aplikasi Torque. Aplikasi ini seperti halnya stetoskop bagi seorang dokter. Adapun analisa jenis penyakit yang bisa dideteksi tentu saja tergantung dengan pengetahuan perbengkelan dan jam terbang mekanik yang membaca informasi pada aplikasi Torque ini. Resep apa yang bisa diberikan berdasarkan informasi Torque ini tergantung interpretasi yang membaca.

Ngopi dulu biar enggak mumet.... salam apa saja.. :-)

#Thanks om Bagus dan om Erwin (Jogja) yang ikut mumet membantu menginterpretasikan display Torque.. :-D
Ditunggu informasi selanjutnya ndan.. :-D

artdianhudaya

3 comments:

  1. Om.. Cara baca konsumsi bbm display tulisane apa ya? Dah dipasang obd2 bingung cara bacanya

    ReplyDelete
  2. lupa-lupa ingat, obd2 enggak bisa pantau konsumsi bbm

    ReplyDelete
  3. Kalo pada engine coolant ada tulisan no data itu kenapa ya mas?
    Maturnuwun

    ReplyDelete

Instagram